Inisial DY

on Jumat, 21 Agustus 2015
Lima tahun sudah aku memiliki title jomblo. Lima tahun juga kehidupanku monoton, ya seperti makan, tidur, main, tidur lagi. Tak ada warna pelangi di kehidupanku, yang ada hanya awan hitam, dan terkadang awan putih. Mirip sekali tv jadul tempo dulu.

Lima tahun memiliki title jomblo memang tidak sesebentar yang aku pikirkan, dan juga tidak selama yang aku bayangkan. Memang bisa di sebut lama lima tahun itu, tapi tidak aku sadari saat itu aku memang benar-benar mati rasa, mati rasa dengan orang-orang di sekelilingku, sehingga waktu tak ada artinya saat itu. Tapi di satu sisi aku pernah merasakan lamanya berjomblo. Saat itu aku melihat dua sahabatku pergi bersama kekasihnya. Saat itu juga aku hanya ditemani bayanganku yang enggan menjawab semua pertanyaanku.

Selasa, 7 Juli 2015
"Kelompok tiga di depan." Kata ibu-ibu yang tak ku pandang wajahnya. Aku berjalan sambil menunduk, tanda aku menghargai orang-orang yang ada di ruangan ini. Benar-benar, mereka terlihat berpendidikan, mereka terlihat ahli dalam bidang pendidikan ini. Dari mulai pakaian yang sudah tak lagi aneh menempel di badan mereka, seakan pakaian mereka berkata bahwa ini adalah pakaian yang sering mereka pakai saat mengajar. Sedangkan aku, hanya memakain kemeja dengan sweeter merah dan levis biru mudah dengan sepatu boots coklat. Mungkin aku seperti anak muda yang ingin mengapeli pacarnya di malam minggu, sedangkan sebenarnya saat aku sedang mengikuti pelatihan tutor di Jakarta.

Aku salah, ternyata ada perempuan berkerudung menyita pandanganku. Dia lebih mudah dari ibu-ibu yang lain. Bahkan dia seperti seumuranku, tapi, cara berpakaiannya sudah seperti guru. Dia mempunyai mata yang indah, apa mungkin dia sama seperti ABG kekinian yang sering memakai softlens setiap harinya?

Rabu, 8 Juli 2015
Sial! Aku terlambat masuk kelas. Menurutku satu detik itu sangat berarti. Apa lagi saat jam materi belum di mulai. Aku mungkin sudah bisa mamandangi dia dari jauh, walau dia tak menyadarinya. 

"Heh kamu, kenapa liatin Desi aja? Cantik ya?" Tiba-tiba dari ujung meja kelompok 1 ibu-ibu berbadan agak gendut bertanya kepadaku, dengan wajah penasaran.

"Engga bu." Jawabku polos. Padahal ibu-ibu itu tahu aku berbohong. "Terus kenapa diem aja?" Ibu-ibu itu bertanya kembali. "So cool aja bu." Balasku mengelak.

"Berarti dari kemari kamu so cool?" Tanya dia, ia, dia Desi. Saat itu aku seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri ayam dan warga pun meneriakiku. "Cie cie cie..." Satu kelas pun menyorakiku. Wajahku memerah, lidahku mati rasa, aku bertahan dari rasa malu ini.

Handphone ku sudah menunjukan jam sebelas malam, saatnya aku pergi ke hotel untuk beristirahat. Kejadiaan itu, kira-kira tiga belas jam yang lalu, masih terekam di otakku. Masih terdengar sorakan keras itu. Aku tidak menyesal terjadinya hal itu, bahkan aku merasa bersyukur. Mungkin itu adalah awal dia membalas tatapanku. Walau tak ada satu menit, itu sudah cukup untuk salam perkenalan dariku untuknya. Apakah besok dia akan membalas tatapanku lagi?

Kamis, 9 Juli 2015
Hari ini tak ada yang istimewa, selai memandanginya kembali dari kejauhan. Walau tak jelas, walau dia tak membalas, dan walau hanya sekilas.

Malam ini seperti malam sebelumnya. Aku harus cepat turun ke loby hotel agar bisa cepat-cepat pergi menuju hotel tempat aku menginap. Tapi tiba-tiba ketika masih di lantai dua, lift berhenti. Di situ aku melihat sosok dia berdiri di antara pintu lift yang terbuka. Matanya membalas pandanganku. Dia bergegas masuk ke dalam lift dan berdiri tepat di depanku.

Aku hanya bisa berharap dia berbalik dan melihatku. "Zul! Ayo keluar! Ini udah lantai satu." Teman satu kamarku menegurku. Aku melamun, aku seakan tak sadar bahwa tadi dia ada di depanku. Apakah tadi nyata? Aku bertanya kepada bayanganku.

Jumat, 10 Juli 2015
Hari ini adalah hari terakhir pelatihan. Di jadwal acara, hanya ada penutupan. Beberapa jam lagi aku sudah akan meninggalkan Jakarta. Tapi, aku masih belum pernah berbicara empat mata dengannya. Apa lagi meminta pin BBnya. Bukan tak berani, hanya saja aku takut aku terlalu agresif. Mingkin ini bukan saatnya. Kalau jodoh, pasti akan bertemu.




    


0 comments:

Posting Komentar