First love (part 11)

on Selasa, 09 April 2013
Malam ini di saat orang-orang sedang tertidur nyenyak menikmati mimpi indahnya saya sedang melakukan sholat tahajud untuk menenangkan hati di saat saya mengerjakan soal Ujian Nasional pagi ini, saya hanya bisa memohon kemudahan dan kesehatan untuk pagi ini kepada sang Pencipta.


Sesudah melakukan sholat subuh saya bersiap mengemas semua hal untuk pergi ke sekolah, tidak lupa saya meminta doa kepada kedua orang tua saya "pah doain upi ya, upi mau Ujian" dengan mencium tangan papah saya sedikit berkaca-kaca tidak kuat menahan air mata ini ketika papah saat itu mendoakan saya dengan nada lembut yang berbeda dengan hari-hari lain "bismilah, papah doain upi tiap hari" dengan usapan halus tangannya papah mengatakan itu. Saya bergerak ke arah meja makan, di sana ada mamah yang sedang mempersiapkan sarapan pagi untuk keluarga, dengan lembut dan sopan saya meminta doa "mah jangan lupa doain upi ya" di sambung dengan mencium tangan mamah, "mamah selalu doain anak-anak mamah setiap mamah sholat memohon keselamatan dan kemudahan untuk anak-anak mamah, bismilah ya jangan lupa cek lagi kalau sudah selesai" suara mamah saat itu sangat halus seperti ayat-ayat alquran yang sering mamah baca.

Sarapan sudah saya habiskan dan saatnya saya pergi ke sekolah, dengan ucapan assalamualaikum kepada orang-orang rumah saya melangkahkan kaki untuk berangkat.

Hawa sekolah yang semakin dingin di tambah detak jantung para murid yang menanti saatnya mengerjakan soal Ujian Nasional membuat saya menenangkan diri menatap Wulan. Wulan yang terlihat cuek membuat saya tidak memaksakan kemauan saya untuk menyapanya sekedar untuk basa basi. Saya menghampiri kelas sebelah untuk memanggil Arip dan Iwan, hanya teman dekat saya saja yang mampu menghibur saya di saat ini canda tawanya yang tidak membuat saya bosan itu lah hal yang saya tunggu-tunggu agar rasa bosan itu terlupakan.

Tidak terasa bell waktu Ujianpun tiba kami bertiga saling menyemangati agar saat mengerjakan Ujian nanti rasa tegang itu sedikit hilang. Murid di kelas ini sudah terlihat tegang, soal Ujianpun tiba di meja saya membuat saya merasa lega ketika soal ujian itu sudah akrab di otak saya, saat itu Ujian matematika dan saya merasa percara diri untuk mengerjakan soal ini.

Di tengah-tengah saya mengerjakan soal tidak tahu apa yang saya pikirkan membuat mata saya seolah bergerak sendiri membuat mata ini melihat seorang perempuan yang bernama Wulan. Matanya, hidungnya, bibirnya membuat saya teringat masa lalu itu tapi saya berusaha untuk fokus mengerjakan soal-soal ini terlebih dahulu tapi ada keanehan di diri saya ketika saya stuck tidak bisa berpikir untuk mengarjakan soal Ujian ini dan kembali melihat Wulan entah kenapa pikiran saya lancar kembali membuat saya melanjutkan mengerjakan soal Ujian dengan beres.

Saya terdiam merenung di saat murid-murid lain sibuk mengerjakan soal, saya sudah selesai mengerjakan soal ini dan mengcek semua jawaban saya takut ada lingkaran ganda, saya memikirkan hal aneh yang terjadi tadi kenapa ketika saya melihat Wulan pikiran saya menjadi lancar kembali, seakan Wulan itu memberikan kunci-kunci pemikiran yang saya lupa atau mungkin dulu di saat saya lagi giat-giatnya belajar ada Wulan di samping saya, hal ini saya simpulkan hanya kebetulan dan tidak berharap lebih.

Satu minggu yang melelahkan itu sudah saya tempuh, mengurangi ketegangan saya saat ini dan menunggu kelulusan itu tiba.

Sampai lupa gara-gara kesibukan Ujian Nasional, ada hal yang menanti yaitu pentas seni siswa(pensi) yang di adakan oleh sekolah kami setelah Ujian Nasional, saya memilih ikut di Vocal grup yang menurut saya itu tidak membuat saya melu karena banyakan yang nyanyinya.

Ternyata di Vocal grup itu saya kembali bertemu dengan Ika dan teman baiknya Radita sebagai laki-laki yang jantan saya menganggap masa lalu itu hilang dan saya berusaha untuk berbaur dengan mereka sehingga kami bisa bersatu menjadi suatu Vocal grup yang baik untuk pensi nanti.

Pertama kali kami berlatih di rumah salah satu grup vocal kami bertemu guru untuk mengajarkan kami dan sempat saya merasa kaget ternyata guru vocal kami adalah seorang tunanetra, tapi dengan kekurangannya dia bisa menonjolkan kelebihannya dengan bermain piano, dengan handal dia memainkan alat musik itu kami terdiam dan menikmati guru vocal kami pemanasan. (kekurangan kita, bisa kita tutup dengan kelebihan kita)

Grup vocal kami akan menyanyikan dua lagu dari lagunya gitu gutawa dan peterpan, saat itu kami sedang berlatih lagu dari peterpan ternyata ada ide dari guru kami bahwa di tengah lagu dari peterpan berjudul *semua tentang kita* di ubah menjadi puisi, dan di sana mulai lah pemilihan suara dan ternyata saya terpilih menjadi pelantun puisi itu seakan susah menolah takut mengecewakan teman-teman yang lain saya berkata siap untuk melakukan itu.

Waktu begitu cepat tidak terasa sudah dua minggu kami melakukan persiapan mulai dari latihan dan memilih kostum untuk nanti kita tampil di atas panggung, besok adalah saat nya kami memberikan semua yang kami pelajari semalam dua minggu ini.

Pagi ini dengan kostum yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya saya merasa percara diri hampir semalaman saya menguatkan mental untuk acara hari ini dari menghapalkan puisi yang akan saya bacakan nanti sampai rasa takut itupun membuat saya menulis kata-kata puisi itu di tangan agar ketika saya lupa saya bisa memlihatnya untuk kesuksesan vocal grup saya.

Di kelas sudah banyak murid-murid berkumpul untuk mempersiapkan acaranya masing-masing, dari yang sedang berdandan sampai ada yang latihan tarian tradisional dan dance. Sempat rasa ingin mengucapkan good luck untuk hari ini kepada Wulan tapi rasa takut ini lebih besar dari rasa percaya diri saya membuat saya mengubur harapan itu dan berlari untuk melihat urutan keberapa grup saya pentas, dan ternyata urutan kami ke sebelas. Ya sempat membuat saya tambah tegang karena urutan itu cukup cepat tapi ada teman grup saya berkata "lebih cepat lebih baik, dan lebih bisa tenang" ini kata-kata yang membuat saya lebih percaya diri dan ingin cepat membereskan pertunjukan kami.

Satu persatu grup pun tanpil dan tiba pada giliran kami, dengan kompaknya kami mensupport dengan cara nyatukan tangan kami dan berteriak "heeeeeeeeeeeeeeeeeeiiiiiaaaaaaaaaaaaaaa" mencoba menghilangkan ketegangan itu. Satu persatu anggota grup kami naik ke atas panggung saya mencoba untuk menolong guru kami naik ke atas banggung, mata saya melihat sebelah kanan dari panggung support dari teman kelas kami untuk kesuksesan penampilan kami, mata ini melihat ke depan serentak saya kaget betapa banyaknya orang yang melihat saya kembali rasa tegang ini memasuki jantung saya membuat jatung saya terasa semakin cepat dan saat itu saya mempunyai ide untuk mengurangi ke tegangan saya, saya melihat baju orang-orang yang melihat saya karena kalau saya melihat mata atau kepala orang akan membuat saya tegang kembali.

Leader kami merapihkan barisan kami dan memulai aba-aba untuk menyanyikan lagu pertama kami dari gita gutawa, saya menahan malu dan terus bernyanyi agar penonton tidak menyesal. Sesudah beres menyanyikan lagu dari gita gutawa kami melanjutkan lagu ke dua dari peterpan berjudul semua tentang kita, lagu ini, lagu yang saya tunggu-tunggu lagu terakhir dari kami dan harapan kami lagu ini sebagai penutup yang bagus dan sempurna. 

Waktu terasa semakin berlaluTinggalkan cerita tentang kitaAkan tiada lagi kini tawamuTuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan diaDan kita bersama saat dulu kalaAda cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
"Akan tiada lagi kini tawamuTuk hapuskan semua sepi di hati"
Teringat di saat kita tertawa bersamaCeritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan diaDan kita bersama saat dulu kalaAda cerita tentang masa yang indahSaat kita berduka saat kita tertawa

Di antara kutipan lagu di atas saya berpuisi, seakan lagu ini untuk Wulan yang mungkin saya tidak bisa melihat lagi Wulan tersenyum bahkan tertawa di samping saya, saya berharap Wulan tahu apa arti lagu ini.

Tepuk tangan yang meriah seolah kami artis papan atas yang bernyanyi membuat bertambah ramainya sekolah kami, bergegas kami berlari ke kelas untuk merayakan keberhasilan kami. Beberapa saat saya pentas, grup Wulan pun pentas tapi saya tidak mau melihatnya karena Wulan ada di grup teater dan Wulan di sana melakukan tarian dengan laki-laki, hal itu membuat saja cemburu dan memutuskan untuk diam di kelas.

"Brukkkk!" suara yang keras itu membuat saya terbangun dari tidur saya, Arip dan Iwan datang ke kelas saya untuk memanas-manasi saya bercerita bahwa Wulan menari dengan laki-laki yang membuat saya kesal Arip sengaja agar saya panas seakan menyuruh saya untuk mengantarnya pergi ke kantin, "ayo rip ke kantin lapar" dengan nada kesal akibat cerita arip tadi, "ayo bayarin tapi, ayo Iwan ke kantin" dengan polosnya arip berkata itu dan mengajak Iwan. Ketika saya membuka pintu kelas saya kaget di balik pintu itu ada Wulan yang membuat saya terdiam menatapnya seakan badan ini kaku dan mata ini hanya terpaku dengan muka Wulan, Wulan yang sedikit malu langsung berlari masuk ke dalam kelas dan kembali saya melanjutkan langkah kaki saya untuk menuju kantin. Canda tawa kami yang membuat saya berkata kepada teman dekat saya Arip dan Iwan "gimana ya nanti kalau sudah perpisahan bakan ketemu lagi ga ya, atau ngumpul-ngumpul lagi?", Arip menjawab "tenang saja saya mah pasti ada kalau mau ngumpul-ngumpul lagi", dengan nada sok cool Iwan menjawab " saya mah masih tau rumah kalian tinggal kerumah aja", "ia kerumah terus minta makan gratis ya kan rip,hahaha" saya menjawab semua jawaban mereka dengan canda tawa dan di balas dengan canda tawa Arip dan Iwan.

Penutupan pentas seni pun tiba memaksa kami untuk pulang dan saat itu jam lima sore, membuat saya hawatir kepada Wulan pulang malam-malam begini. Dengan motor yang saya titipkan di tempat fotocopy saya pulang dengan Arip dan Iwan kami bertiga menaiki motor untuk pulang ke rumah saya karena Arip dan Iwan mau menginap di rumah saya, tapi sesampai di rumah saya hati kecil ini mengatkan saya harus kembali ke sekolah meninggalkan Arip dan Iwan yang sedang menunggu di depan rumah saya, untuk mengajak Wulan pulang bareng dan mengantarnya pulang. Di perjalanan kembali menuju sekolah saya berpikir apa yang harus saya katakan kepada Wulan agar Wulan mau saya antar pulang, seberes saya berpikir kata-kata apa yang harus saya katakan kepada Wulan saya tidak melihat siapa-siapa di depan sekolah, saya mencoba mencara Wulan dan hal hasil saya tidak menemukan Wulan, saya pulang dengan tangan kosong, membuat saya menyesal menyalahkan rasa malu saya yang lebih besar dari pada percaya diri saya.

"Kata terlambat itu tidak ada dalam semua hal tapi ketika kita terlambat dan tidak bisa merubahnya terimalah dan ubah hal itu menjadi pelajaran"

0 comments:

Posting Komentar