First love (part 9)

on Rabu, 03 April 2013
Malam minggu ini Arip dan Iwan menginap di rumah saya, ketika saya asik bercanda dengan Arip dan Iwan saya mendapatkan sms dari seseorang, siapa ini? ini Wulan, sempat beberapa saat saya terdiam karena saking kagetnya merasa tidak mungkin hal ini terjadi, seolah saya terhipnotis dengan sms Wulan saya membalas sms Wulan yang berujung menjadi perdamaian, hal yang saya tunggu-tunggu.


Hari ini kembali menjadi hari-hari indah di kala itu dengan bermodal nekat saya mengajak Wulan untuk pergi ke tempat makan seberes jam sekolah berakhir ya tidak jauh dari sekolah kami ada tempat makan bakso yang enak.
"Wulan pulang sekolah makan bakso yu?" dengan pede saya mengatakan itu dan serasa sudah tau jawaban Wulan akan mengatakan dia mau di ajak oleh saya, "di mana?" dengan nada polos Wulan menjawab pertanyaan saya, "itu di mas eno dekat pasar, tau kan?" lagi-lagi dengan nada percaya diri saya bertanya kembali, "oh di sana, ayo aja" yesss! dia mau hati saya yang mulai bermekaran menunjukan senangnya di hari ini.

Bell tanda jam pelajar sekolah pun tiba, kami bergegas merapihkan alat-alat tempur sekolah dan memasukannya dengan rapih ke tas. Saya menunggu Wulan di depan kelas untuk bersiap-siap pergi bersama menuju warung bakso yang tadi kami janjikan. Wulan mendatangi saya dengan rambut rang rapih, oh dia lama keluar nyisir dulu toh baru sadar saya, "yu cabut" kata-kata itu saya berikan kepada Wulan dan Wulan membalasnya dengan senyuman, Arip dan Iwan melihat saya seolah tau tujuan saya mereka pulang duluan tanpa menyapa saya.

Di dalam angkot kami banyak berbincang-bincang tentang semua hal dari kegiatan tadi sampai hal yang tidak penting untuk di tanyakan. 

Kami duduk di warung bakso itu posisi yang paling enak untuk kami adalah di paling ujung seakan tidak mau ada orang lain yang mengganggu kami berdua. "mau pesan apa Wulan?" tanya saya kepada Wulan, "hmmmm mie ayam aja pake bakso", "ko sama sih? zul juga udah pesan itu", "enak aja Wulan duluan yang milih", "ia ia mungkin jodoh ya?", Wulan tidak menjawab lagi pertanyaan saya.

Menunggu mie ayam datang kami saling ngobrol dan ada suatu saat saya keceplosan berbicara "coba dulu kita gak egois ya mungkin di tanggal ini kita udah enam bulan jadian" sambil menunjuk kepada kalendar yang ada di hadapan kami, dan kembali Wulan hanyak terdiam malah menyibukkan dengan memainkan hpnya.

Perubahan sikap yang semakin menjadi hangat membuat hubungan saya dan Wulan semakin dekat kembali, aktifitas smsan dan teleponan seakan menjadi kebiasaan kami di setiap malam. Kembali lagi saya mengatakan kepada Wulan bahwa saya masih sayang dengan dia dengan puisi yang saya copas dari internet agar membuat Wulan semakin percaya dengan saya. Wulan membalas rasa sayang saya dengan menjawab "Wulan juga masih sayang sama zul, mulai dari awal lagi ya zul", kata-kata itu yang kembali membuat saya bersemangat sekolah bahkan bertambah menjadi bersemangat untuk belajar karena beberapa hari lagi kami akan dipertemukan dengan Ujian Nasional.

Pergantian jam olah raga pun di mulai, pelajaran yang mengasikan bagi saya di tambah dengan saya suka main bola bersama teman-teman saya yang membuat waktu jam olah raga terasa begitu cepat. Kami mengakhiri pelajaran oleh raga dengan pergi ke kantin tempat di mana kami bisa beristirahat dan menikmati makannan atau minuman yang membuat rasa cape kami sedikit terhapuskan.

Perut yang sudah di manjakan oleh makanan dan minuman di kantin membuat kami berpindah tempat dan pergi ke kelas, dengan kaget saya melihat ada guru paling killer di kelas dan berusaha merapihkan potongan rambut saya agar tidak kena razia. Tapi dugaan itu salah guru killer itu menyuruh kami satu kelas masuk kelas dan memeriksa semua tas masing-masing, apa yang di perbuat oleh guru killer membuat saya penasaran apa yang terjadi. Ternyata ada hal yang membuat Wulan menangis dengan respon saya mendatangi Wulan dan bertanya kepadanya "kenapa nangis? ada apa?", Wulan manghapus air matanya dan berkata pada saya "hp Wulan hilang zul" dengan nada kaget saya berkata "hah? serius? di simpen di mana hpnya?", " tadi di simpen di tas pas tadi beres olah raga udah engga ada hpnya", saya bingung harus melakukan apa yang pasti saya hanya bisa menenagkan Wulan pada saat itu dengan usapan tangan saya agar bisa menenagkan prasaan Wulan.

Sudah lama saya tidak sms atau telepon dengan Wulan karena masalah hp Wulan yang hilang membuat saya semakin penasaran apa yang sedang Wulan lakukan, dulu ketika hp Wulan masih ada kami saling memberi tahu apa yang sedang kami lakukan.

Seolah semakin bosan dengan keadaan ini saya membuka tabungan saya yang ada di dompet, di hitung-hitung dan di tambah dengan uang simpanan lainnya terkumpul lah 350ribu. Sore itu saya berinisiatif untuk membeli hp untuk Wulan ya! apa sih yang tidak saya kasih buat Wulan? sebuah pengorbanan cinta di saat cinta itu membutuhkan kita, oh ia, sekarang hubungan saya dengan Mabrur sudah menjadi teman lagi bukan seperti dulu musuh yang selalu mengabaikan ketika bertemu di jalan. Mabrur, saya ajak untuk menemani saya membeli hp yang akan di berikan kepada Wulan.

Saat ini saya sedang menghubungi Wulan, Wulan masih menumpang ikut sms memakai hp kakaknya yang saat itu juga saya ini membuat janji kepada Wulan untuk keluar jam 7 malam untuk menemui saya di luar, Wulan tidak tahu kalau saya membawa hp untuk dia, saya akan membuat surprise untuk Wulan.

Sesampai di depan rumah Wulan, saya langsung menyuruh Wulan keluar untuk mendatangi saya melalui sms singkat. Beberapa menit kemudia tercium wangi sabun yang reflek saya melihat kebelakang untuk mencium bau dari mana ini, ternya Wulan sudah ada di belakang saya dengan rambut yang masih basah Wulan bertanya kepada saya "ada apa zul malam-malam ke sini?", tidak banyak basa basi saya langsung tudepoin "ini ada hp buat Wulan terima ya", sepontan Wulan kaget dengan apa yang saya katakan "apa ini? jangan repot-repot zul", "gpp ko terima aja, nomer teleponnya sudah zul save di hp zul nanti sms zul kalau udh aktif ya zul tunggu", dengan mata berkaca-kaca Wulan menjawab "ya ampun zul, Wulan jadi gak enak, makasih ya sayang", saya kaget baru kali ini Wulan memanggil saya dengan sebutan sayang walaupun di sms sering tapi ketika kita bertemu belum pernah dia memanggil saya dengan panggilan sayang, "ia sama-sama, zul pulang dulu ya!", "ya udah hati-hati ya"

*uang bisa di cari tapi cinta belum tentu bisa di cari dan cocok dengan kita*

0 comments:

Posting Komentar