My tooth a broken

on Senin, 01 April 2013

Awan putih berubah menajdi coklah dengan hembusan angin yang sejuk menunjukan hari semakin sore, sore itu saya ada janji dengan boy(nama samaran) sudah sejak lama saya berjanji akan pergi dengan dia ke acara music yang ada di kota.


Baju rapih, uang cukup dan bermodal motor merah yang di titipkan kepada keluarga saya, saya bersiap untuk pergi tapi ada hentakan kaki di ruang tamu keluarga yang membuat saya kaget.
"mau kemana? main aja!" dengan nada yang kesal mamah saya memberi peringatan.
Dengan nada santai saya malah menjawab "ke rumah teman paling isa pulang!" dengan gampangnya saya berbohong seolah tak berdosa.
"JANGAN MAIN! DIEM DI RUMAH MAIN AJA! AMBIL STNKNYA MAH!" dengan suara yang tegas di aluri nada kesal papah dan bermuka sangar membuat jantung saya kaget seakan tak berdetak memompa darah di tubuh saya yang serentak saya menjawab "ga akan pulang malam bentar-bentar!" kata-kata itu seolah bosan di dengar papah dan mamah saya seakan mereka tak memperdulikan ucapan saya.

Mamah yang selalu menjadi istri yang baik menuruti apa maunya papah, mamah mendatangi ku dengan muka yang marah "mana STNKnya? siniin kata papah!" lagi-lagi saya menjawab dengan santai seperti mendengar suara mamah dengan nada yang lembut tak ada rasa takut "bentar aja mah!" bergegas saya pergi dan menyalakan motor merah

Sempat terdengar suara teriakan ke dua orang tua saya ocehan dengan nada tinggi dan sehingga membisingkan tetangga di sekirat rumah "AWAS KALAU PULAING MALAM! AWAS!" mengeluh nada tinggi yang biasa papah lakukan dan itu sudah makanan telinga saya yang masuk dari telinga kanan dan kembali lagi keluar dari telinga kiri entah apa yang membaut saya begini.

Sesampai di rumah boy dan mengajaknya ke acara music yang sudah kami janjikan, boy keluar dari rumahnya dengan muka kucel yang di hiasi dengan cinta-cinta kecil di matanya, badannya yang masih bau entah kapan dia terakhir mandi, dengan polos si boy berkata "ngapain zul ke sini?" dengan kesal dan kaget saya jawab "eh! ganteng! jadi ga ke sana?

Mukanya yang berubah seperti bunglon dari warna ke warna muka boy beruah dari muka bangun tidur menjadi muka yang murung "ga jadi zul ane ga ada duit" dengan kasiannya saya menjawab "jadi hari ini mau ke mana?"
"udah kita ke dago aja main gimana mau?" dengan muka menghibur, "ya udah bebas" jawab saya dengan kecewa padalah udah bela-belain bohong plus membawa motor seenaknya.

Singkat cerita, malam yang ramai di ramaikan dengan suara petikan gitar orang-orang yang iseng mengamen bersatu dengan suara mesin kendaraan dan klakson yang meramaikan malam ini. Sudah lama saya tidak merasakan malam yang indah sampai lupa kapan saya merasakan hal indah itu tapi ada keganjilan di hati saya yang seakan-akan menyuruh saya pilang cepat-cepat perasaan itu membuat tangan saya reflek mengambil hp jadul yang selalu menemani saya ketika pergi dan serentak saya melihat jam di hp jadul saya, *aduh masih jam 7 masih pagi ah bentar lagi aja* kata-kata itu seolah melupakan janji saya kepada orang tua saya, janji yang selalu tidak saya tepati.

Tak terasa waktu jam 10 dengan ngebutnya saya membawa motor merah malaju di jalan raya seakan jalan ini milik saya sendiri.
Entah apa yang ada di pikiran saya untuk menyusuk mobil yang menurut saya mobil itu lambat sekalai sekan menghalangi saya untuk menyusuk mobil itu.

Pernah merasakan matriks? saya pernah, gerakan saya seakan melambat body belakang motor ku seakan ada yang menyenggol, reflek yang membuat tangan kanan dan kiri ku menekan rem, membuat ku mengcium aspal becek yang pertama kali mendara itu gigi kelinci saya, dan hal hasil gigi saya patah dan merobel bibir saya.

Pertama kali yang saya cari apa? bukan kunci motor atau harta-harta yang lain melainkan harta yang paling penting yaitu potongan gigi saya, 5 detik saya mencari tidak ku temukan potongan gigi kelinci ku dan saya berbaring kesakitan.

Boy yang bertama kali melihat langsung memarkirkan motornya lalu menolong ku tapi ada hal yang membuat saya kesal seakan emosi tingkat tinggi. Ketika saya jatuh tak berdaya ada sekelompok tukang becak, saya tau mereka lagi ngliwet dengan aroma liwet itu saya tau apa yang mereka kerjakan.

Tak seorang pun menolong saya seolah-olah saya seperti tikus yang di buang di jalan dan gepeng di tabrak mobil tapi satu orang kakek-kakek yang mendatangi saya "cep kunaon? labuh?" dengan polosnya kakek itu menanyakan hal yang tak perlu di tanyakan seakan saya acting di drama korea yang mendapatkan nilai jelak karena actingnya di buat-buat.

Saya pilang dengan hati yang takut di marahin apa lagi saya dengan keadaan seperti ini yang membuat saya malu untuk masuk ke dalam rumah, boy yang diam yang menjawab pertanyaan ku dengan singakat dan membalasnya dengan diam membuat hati saya semakin galau.

Sesampai dumah kunci rumah untuk menempel dengan kunci motor, gerakan seperti maling yang mengendap-ngendap membuka pintu melihat suasana rumah yang sepi seolah membuat hati saya sedikit lega.

Boy yang membantu saya memasukkan motor ke dalam rumah karena saya tak kuat akibat efek jatuh tadi. Boy pulang dengan angkot karena motornya di titipkan di warung dekat dengan kejadian saya jatuh.

Langkah kaki kaku ini yang tak mau membaut orang rumah terbangun saya pergi ke kamar mandi untuk membersihak luka-luka yang masuk kotor penuh darah. Perihnya membersihkan luka dan sobeknya bibir saya tar terasa seakan-akan saya mempunya kekuatan super untuk menahan rasa sakit.

Meletakkan badan di kasur dengan aroma darah yang masih menusuk idung ku, mata yang memandang baju hitam yang membuatku tertawa, tak sadar gambar baju hitam ku adalah gambar wajah seorang remaja yang memiliki gigi patah yang saya di miliki saya.

Malam itu malam yang paling saya sesali malam yang indah berbuntut malam yang sesal, penuh sesal yang selalu aku ucapan di dalam hati.

Waktu takbisa berulang seakan peristiwa ini seperti mimpi, mata ini mulai lelah dan saya berharap nanti saya bangun ada keajaiban yang di berikan Alloh untuk saya apa pun itu.

"Peringatan orang tua seakan bukan ancaman yang di berikan untuk kita tapi sebuah joke, ketika ucapan itu bertolak belakang dengan apa yang kita pikirkan."

#JustSharing

0 comments:

Posting Komentar