Gegabah!

on Selasa, 23 April 2013
Hari ini saya pulang dengan badan yang lemas akibat menahan lapar di kampus di tambah pelajaran yang panjang dan sengaja menahan lapar beralasan mengumpulkan uang untuk membeli barang impian.


Saya pergi ke parkiran motor dengan bermodal tenaga seadanya seakan ingin cepat-cepat pulang untuk menyantap makanan buatan mamah agar rasa lapar ini hilang, si biru yang lagi ngadat akhir-akhir ini membuat saya menyalakan si biru dengan cara di selah berbeda dengan dulu dengan menarik rem dan menekan starter si biru pun menyala tapi sekarang berbeda membutuhkan tenaga yang extra untuk menyalakannya.

Keajaiban muncul ketika saya menyelah si biru, satu kali menyelah langsung menyala hal itu membuat saya semakin ingin cepat pulang. Jalan pintas pun saya lalui agar mempercepat saya tiba di rumah dari mulai melawan arus jalan, melaju tak kenal rem dan menyalip semua kendaraan yang ada di depan , sampai hal itu pun terjadi.

Jalan yang sedikit macet membuat saya mengambil jalan kanan dengan cepatnya hal itu memancing orang-orang mengikuti saya dari belakang, rasa percaya diri ini seakan jalan milik saya sendiri.

Mobil-mobil yang mengantri pun sudah saya lewati dan enaknya lagi di depan saya tidak banyak kendaraan membuat saya mempercepat laju motor kembali. 

Di depan saya ada mobil yang menghalangi saya, skill mengendara saya pun muncul tidak berpikir panjang saya menyusul mobil itu dengan kecepatan tinggi karena mobil itu pun sedang melaju cepat, tapi sesudah saya menyusul mobil itu dari pandangan jauh saya melihat ada seorang pengendara dari arah kiri mau maju, lagi-lagi tidak berpikir panjang saya menurunkan kecepatan dengan cepat takut akan terjadi tabrakan.

Kecepatan yang sangan tinggi akibat niat menyalip mobil tadi membuat si biru agak susah menurunkan kecepatannya tapi perlahan si biru melaju dengan lambat dan hampir berhenti.

Tidak tahu apa yang di pikirkan pengemudi itu, dia malah menarik gas dan menabrak ban depan motor saya yang serentak membuat stang motor membanting dan beradu dengan dada saya, hal yang pertama saya lakukan adalah mengambil kunci motor dan memeluk dada sekuat-kuatnya dengan posisi jongkok, saya mengabaykan kendaraan yang ada di belakang, saya terus memeluk dada yang terasa sakit.

Kondisi ini membuat saya berpikir, apakah ini rasanya di cabut nyawa? sesakit ini kah? dengan posisi masih sadar saya berdoa, "ya Alloh, apakah rasa sakit ini seperti di cabut nyawa? kalau seperti ini saya tidak kuat menahannya, rasanya sakit sekalih ya Alloh. kalau perjalanan hidup saya sampai sini saya mau melihat kedua orang tua saya dulu sebelum nafas terakhir ini menghembus dan kalau Engkau belum menakdirkan saya seperti itu berilah kekuatan untuk saya agar bisa bernafas kembali" pandangan yang gelap seakan mata saya tak berfungsi membuat saya semakin memeluk dada ini dan berusaha bernafas.

Beberapa menit saya menahan rasa sakit ini ternyata kekuatan itu pun di berikan kepada saya, saya bisa bernafas walau rasa sakit di dada ini belum hilang, pandangan mata yang gelap berubah perlahan menjadi cahaya dunia.

Ada bapak-bapak yang membantu saya berdiri dan menuntun saya ke warung, mempersilahkan saya duduk dengan di temani air yang hangat seakan sakit itu hilang membuat saya meminum air hangat yang di berikan oleh bapak-bapak itu, muka syok yang saya perlihatkan membuat bapak itu bertanya kepada saya "cep mana yang sakit?", langsung saya jawab seakan tidak bisa berbohong "di dada pak kayanya memar", bapak itu langsung panik dan berkata kepada saya "coba liat, tar saya ambil kayu putih tambah bawah putih", saya hanya bisa mengangguk kepala.

Sambil menunggu bapak itu saya melihat motor saya sedang di dorong oleh seseorang ke tepi jalan agar tidak mengalangi kendaraan lain. Saya merasa aneh dengan kedaan ini seakan mimpi, hampir saja nyawa saya melayang akibat diri saya sendiri yang terlalu gegabah.

Bapak itu datang dengan membawa bawang putih yang sudah di potong tipis dan langsung menggosokannya ke dada saya, dada ini menahan sakit dari gerakan bapak itu yang sedang menggosokkan bawah putih ke dada saya.


Cukup sampai sini saja saya menceritakan cerita saya, karena kalau saya lanjutkan seakan dada ini kembali sakit.

"Akal tak kan mampu menyelami kedalaman hikmah musibah yang tak mampu kau fikirkan. Maka, daripada menyalahkan dan banyak bertanya pada-Nya, lebih baik bangkit dan hadapi musibah itu. Siapa tahu kau jauh lebih kuat dari apapun di dunia ini"

#Justsharing

0 comments:

Posting Komentar