First love (part 7)

on Selasa, 02 April 2013
Sore yang indah di temani dengan Wulan pacar saya, kami memarkirkan si merah di tempat parkir di suatu mall tidak jauh dari daerah rumah saya.
Saya mencoba untuk meraih tangan Wulan agar bisa bergandengan tangan seperti kalanya oranga berpacaran, kami melewati pintu masuk mall yang dengan sekejap mata udara menjadi dingin, ya! udara yang biasa di sajikan oleh setiap mall membuat saya semakin ingin berdekatan dengan Wulan seakan sudah berkali-kali kami jalan bersama. Kalau di sekolah kami tidak pernah berdekatan sejauh ini kami hanya saling berdampingan dan tidak bergandengan tangan seperti orang pacaran, itu karena saya malu dan masih di wilayah sekolah ya pasti hal tersebut tidak etis menurut saya.

Tiba di lantai mall paling atas kami masuk ke lobby bioskop, "nah sudah sampai, mau nonton apa Wulan?" dengan nada yang sangat aneh karena saya baru pertama kali masuk lobby bioskop, Wulan menjawab "terserah deh apa aja gimana zul aja!", waktu itu sama memilih film pergaulan bebas karena di masa-masa kami ini masa yang menentukan di mana posisi kami, apakah kami terjerumus ke hal positif atau negatif, alasan saya memilih ini agar saya tahu terawangan di masa-masa labil ini.

Dengan membuka dombet saya yang lumayan tebal hasil keringat saya menabung saya mengeluarkan uang untuk membayar tiket bioskop dan Wulan memilih tempat duduknya. Biasa saya nonton di tv kalau orang lagi nonton bioskop pasti di temani popcron dan minumnya, dari sana saya berinisiatif untuk membeli sekantong popcron dan minumnya satu gelas untuk Wulan, reaksi Wulan di saat itu dia tersenyum seolah benar tebakan saya, apa yang dia inginkan.

Kami berjalan menghampiri kursi yang kami pesan, dengan tegang apa yang akan terjadi saya merasa gerogi dengan keadaan ini, semua lampu mati dan hanya cahaya dari alat pemancar film itu saja. Kami cukup menghayati isi film, mungkin sekali-sekali saya melirik muka Wulan yang terlihat sangat cantik tanpa cahaya.

Tidak terasa dua jam berlalu di awali dengan menyalanya lampu-lampu di sekitar ruangan bioskip menandakan selesainya film ini membuat kami berdua bergegas keluar.
Di eskalator ada percakapan kecil kami.
zul: "gimana filmnya rame ga?"
wulan: "lumayan rame biasanya aku ga suka film indonesia"

zul: "oh gitu, kenapa tadi gak bilang ke zul?"
wulan: "gpp ko, rame juga film tadi"
zul: "sekarang mau ke mana? mau makan dulu?"
wulan: "kayanya gak bisa zul, udah malam pulang aja yu. takut di marahin mamah"

zul: "oh ya udah gpp"
Dengan berpegangan tangan kembali kami menelusuri lantai mall hingga sampai tempat parkir.

Di perjalanan pulang cuaca tidak mendukung, awan yang menangis di saat itu dengan derasnya memaksa kami berteduh di warung kopi yang kami temui di saat itu dengan nada memelas saya berbicara kepada Wulan "Wulan maaf ya zul lupa bawa jas ujan tadi pas mau pergi lupa masukin jas hujan ke bagasi", Wulan menjawabnya dengan lembut "gpp zul sudah takdir kali zul". Saya sangat bersalah kepada Wulan, dia kedinginan dan sedikir menggigil seolah tidak kuat dengan udara di malam ini di tambah dengan hujan yang cukup deras, dan sepontan saya membuka jaket yang saya pakai dan menutupi badan Wulan yang mungil itu agar rasa dingin yang Wulan rasakan berkurang.

Sudah menunggu hampir tiga puluh menit di warung kopi ini mengurangi derasnya tetesan hujan, "hujannya sudah berhenti yu pulang nanti di marahin pulang malam-malam" saya berkata kepada Wulan yang saat itu terdiam kedinginan, "ini zul jaketnya" dengan mulut yang mengigil Wulan mengembalikan jaket saya dan sepontan saya menjawa "udah pake aja nanti sakit" dengan nada ceman saya, "gpp zul, zulkan yang nyupir anginnya ga enak, Wulan juga pake jaketkan" dengan nada memaksa has Wulan yang membuat saya melakukan apa yang di katakan Wulan.

Dinginnya malam di tambah tetesan hujan yang sepi itu membuat malam ini semakin dingin, Wulan yang berpegangan ke jaket saya dengan kencang seolah menandakan dinginnya malam ini, malam ini malam pertama saya dengan Wulan saya tidak mau Wulan kecewa dengan hari pertama saya jalan dengan dia, saya memegang tangan Wulan untuk memasukkan tangan Wulan ke saku jaket saya agar tangan halus itu merasakan hangatnya malam ini "tangannya masukin ke saku zul biar anget, sabar ya sebentar lagi sampai" kata-kata agar Wulan merasa nyaman, Wulan membalasnya dengan ucapan "ia zul".


Tiba lah kami di depan rumah Wulan dan kami melakukan perpisahan dengan melambaikan tangan dan saya berkata "jangan kapok ya jalan sama zul" dengan senyum yang manis Wulan membalas pernyataan saya. 

0 comments:

Posting Komentar