First love (part 13)

on Selasa, 16 April 2013
Perjalanan yang panjang membuat beberapa dari kami tertidur bahkan ada yang bernyanyi di sepanjang perjalanan agar tidak tertidur. Bis yang berhenti seakan menjadi simbol perjalanan ini selesai, ya, kami sudah sampai di kolam renang air panas dengan bersemangat kami membangunkan teman-teman yang tertidur agar bergegas untuk bersiap masuk kedalam kolam renang. Mata ini yang baru terbuka merasa belum siap tapi bau belerang ini membuat mata saya melupakan rasa ngantuk ini dan membalasnya dengan bersiap membereskan barang bawaan saya.


Saya masuk pemandian air panas dengan teman saya, udara dingin yang menusuk pori-pori kulit membuat saya kedinginan tapi ketika masuk pemandian rasa dingin itu pun hilang di balas dengan uap kolam renang yang panas membuat saya menjadi sedikit hangat.

Mulai lah kami melepas semua beban di sini, ada yang sudah melempar temannya kedalam kolam dengan masih menggunakan baju dan celana yang di pakainya, teriakan senang pun berkumandang di mana-mana, canda tawa yang menghiasi suasanah pun tidak luput dari kami, ada yang bernarsisria dengan berfoto terlebih dahulu. Membawa tas yang cukup berat seakan membuat saya mencari tempat menyimpan tas dengan cepat, sesudah saya menidurkan tas yang saya bawa ada tarikan dari arah belakang dengan kasar, ternyata Arip dan Iwan menarik tangan saya untuk memasukan saya kedalam kolam renang serentak saya berkata "Arip..rip eh jangan ada hp sama dompet tar basah", Arip dan Iwan menghiraukan permohohan saya, mereka berdua tertawa melihat saya merasa terancam dan Arip berkata "lepasin wan suruh simpan hp sama dompet dulu kasian hahaha", Iwan dan Arip pun melepaskan pegangannya. Saya yang bergegas menyimpan barang berharga saya di tempat aman dan membuka baju yang saya pakai sekaligus mengganti celana. 

Sesudah melipat celana dan baju ke dalam tas, saya melihat Iwan sedang berdiri di tepi kolam hal itu membuat jiwa jail saya muncul dengan dorongan kaki yang kencang di tambah tangan yang kuat saya mendorong Iwan ke kolam "hahahahah rasakan Iwan", selagi saya tertawa melihat Iwan yang kaget di dalam kolam ternyata ada Arip di belakang saya, Arip yang badannya lebih besar dari saya menahan saya dan berkata kepada iwan "Wan cepat balas dendam", Arip berkata seperti itu membuat Iwan berlari ke tepi kolam dan mengangkat kaki saya di tambah dengan Arip yang gesit memegang kedua tangan saya membuat saya tidak bisa memberontak dan mengiklaskan ke jailan sahabat saya, saya hanya bisa berkata "eh jangan-jangan", Arip pun berhitung sambil mengayunkan badan saya "satu.... dua.... tiga....", badan saya pun melayang di antara tepi kolam dan jatuh di genangan air panas, badan yang belum siap seakan kaget dengan air panas membuat saya bangkit dan berdiri di kolam renang, tertawaan sahabat saya membuat saya tidak dendam seakan tertawaan itu melepas semua hal negatif di dalam hidup ini.

Ada guru kami yang berkata bahwa pelepasan akan segera di mulai membuat semua murid berbaris di tepi kolam untuk menyaksikan acara pelepasan, saya berdiri di tepi kolam dengan Arip di seblah kanan Iwan di sebelah kiri cara kami yang saling merangkul membuat acara perpisahan semakin mengharukan di tambah dengan puisi yang di kumandangkan oleh guru bahasa indonesia kami, mata sahabat saya yang berkaca-kaca membuat saya merasakan hal yang sama dan berusahan menahan suasana haru ini, rasanya ingin menangis seperti teman perempuan yang lain tapi saya laki-laki jelek kalau menangis, murid-murid pun berbaris bergantian untuk bersalaman dengan guru-guru, menunggu giliran saya bersalaman dengan guru-guru membuat rasa sedih ini pun semakin kuat membuat saya meneteskan air mata pertama saya dan langsung saya hapus tetesan air mata itu dengan tangan saya seakan tidak boleh ada yang melihat. Arip yang menepuk pundak saya berkata "kita harus saling support zul", sulit membalas ucapan arip hanya bisa saya balas dengan senyuman.

Akhirnya datang juga giliran saya untuk bersalaman dengan guru-guru yang sudah memberikan ilmu-ilmu yang berlimpah, satu persatu guru saya ucapkan terimakasih walau pun di balas dengan senyuman, senyuman itu saya anggap ucapan "semoga sukses", satu persatu guru pun di lewati saya berhadapan dengan Wali kelas saya, serentak membuat saya berkata "maafin zul bu banyak salah" lalu Wali kelas saya pun membalas "ia zul,sukses ya", dan ternyata Bu nina pun ikut dalam acara perpisahan ini membuat saya kaget dan langsung berkata "bu maafin zul waktu itu", Bu nina membalas "ia ibu maafin semangat ya" dengan kata-kata semangat dari Bu nina, itu menjadi modal saya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Wulan mana? gara-gara saya galau membuat saya lupa akan sosok Wulan. Mata ini seakan seperti radar yang mencari bom, mencari sosok Wulan sangat sulit pada saat itu karena terlalu banyak murid-murid yang mengumpul. Hati kecil ini berkata "tanya aja orang lain mungkin melihatnya", kata-kata yang terucap dari hati tidak saya dengarkan karena saya malu untuk menanyakan hal itu, ternyata Wulan sedang mengobrol dengan teman laki-laki saya di kelas tapi saya heran kenapa muka Wulan sedikit mengkerutkan alisnya bertanda bahwa dia tidak mau di paksa serentak membuat saya berjalan menghampiri Wulan.

Semakin saya dekat dengan Wulan membuat teman laki-laki saya yang bernama Boy pergi meninggalkan Wulan, "ada apa Wulan ko berduaan aja?" tanya saya kepada Wulan, "engga apapa, dari mana aja kamu? di kirain lupa?" Wulan menjawab dan mertanya dengan nada menyindir, "oh maaf, tadi keasikan jadi lupa, duduk di sana yuk" saya menjawab pertanyaan Wulan, Wulan mulai merubah mukanya yang tadinya cemberut manjadi muka lucunya dan berkata "boleh-boleh".

Kami duduk di tepi kolam dan belum banyak murid-murid yang berdatangan, kami duduk berdua menceritakan susah senang di masa lalu merubahnya menjadi pelajaran untuk hari esok, "gimana ya nanti kalau udah masuk sekolah tujuannya masing-masing, bisa berduaan kaya gini ga ya?" saya bertanya kepada Wulan sambil memainkan air dengan kaki, pertanyaan itu seakan sudah ada di pikiran Wulan "gimana sih zul, kan teknologi sudah canggih, ada hp, internet dan masih bisa bikin janji untuk jalan sekedar melepas rindu", kata-kata Wulan membuat saya semakin percaya kepadanya akan hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship.

Tidak terasa waktu berjalan cepat murid-murid pun membereskan barang bawaan mereka, saya yang lebih duluan membereskan barang bawaan dan tidak lupa untuk mengganti pakai karena takut berebut kamar mandi. Sesudah selesai membereskan barang bawaan saya mencoba hunting oleh-oleh untuk di rumah mencari hal yang aneh untuk di bawa ke rumah, hal yang aneh yang saya cari pun tidak ada dan bertemu dengan seorang nenek-nenek separuh baya sedang berjualan strawberry membuat saya bertanya "berapaan bu?", "15rb cep yang besar yang kecil 10rb" nenek itu pun menjawab sigap kepada saya, "20rb dua ya yang besar boleh?", "aduh cep belum bisa" nenek itupun menjawa, "yaudah gini aja 20rb yang besar satu sama yang kecil 1", "ya udh gpp cep", ada sih rasa kasihan kepada nenek itu tapi saya juga tidak mau rugi.

Arip yang baru beres berkemas langsung mendatangi saya ketika saya membeli strawberry, "ga beli strawberry rip?" tanya saya kepada Arip, "engga nanti aja kalau ada sisa, antar saya beli oleh-oleh zul" balas Arip, "ayo" jawab saya.

Saya dan Arip melihat-lihat hasil kerajinan tangan di toko ini ada sendal, gelang dan masih banyak yang lain. Sekian lama kami mencari ada gelang yang cocok buat saya bertuliskan cancer, gelang itu beda dengan gelang yang lain entah apa yang memasuki saya membuat saya ingin membeli gelang itu. Saya sudah membeli gelang, Arip mana? ternyata arip sedang memilih sendal dan ternyata sendal untuk perempuan, "rip kenapa beli sendal perempuan?" tanya saya kepada Arip, "ini buat pacar saya zul" jawab Arip, tidak terpikir oleh saya seorang Arip begitu perhatiannya dengan pacarnya, dulu juga saya pernah memberikan kado kepada Wulan pada hari Valentine walau pun saya sedikit takut papah tahu saya berusaha membuat kue dengan bahan kain flanel dan di tambah dua batang coklat sayang saya beli di minimarket, gara-gara Arip seolah membuat saya teringat di saat pertama memberikan kado kepada Wulan.

Selesai membeli barang yang kami suka, saya dan Arip pergi ke bis masing-masing, berjalan ke bis, saya melihat Wulan sedang di pegang tangannya oleh Boy, ya, laki-laki yang tadi berbicara kepada Wulan di kolam renang, hal ini membuat saya pergi menghampiri Wulan takut terjadi hal yang tidak di inginkan, tapi keanehan di raut muka Wulan yang membuat dia memberontak tidak mau di pegang oleh Boy hal itu membuat saya memberhetikan langkah kaki saya untuk menghampiri Wulan seakan tau apa yang di bicarakan Boy kepada Wulan dan saya percaya kepada Wulan, melupakan hal yang terjadi tadi langsung membuat saya pergi ke dalam bis. Masuk kedalam bis Iwan dan Fikri sudah menyapa kami dan lagi-lagi meboking kursi untuk saya, "kemana aja lu zul? belaja terus euy" tanya Iwan kepada saya, sambil menyimpan tas ke loker atas saya menjawab pertanyaan Iwan "tadi nganter Arip beli sendal buat pacarnya", Iwan langsung menjawab "gaya lah pada bawa oleh-oleh", kata-kata Iwan pun membuat saya berpikir pasti Iwan tidak punya uang untuk membeli oleh-oleh, ia saya tahu Iwan dari keluarga berkecukupan mungkin dia tidak di beri uang untuk membeli oleh-oleh bahkan daftar untuk ikut perpisahan aja saya dan Arip membantu untuk melunasinya, sejenak saya berpikir tangan ini langsung mengambil uang di saku celana saya, "wan beliin strawberry" dengan memberikan uang 10rb saya berkata kepada Iwan, langsung Iwan bergegas membelikan saya strawberry. "nih zul strawberrynya, masih kurang oleh-olehnya?"tanya Iwan kepada saya, "udah cukup kayanya, itu strawberry buat ente aja ribet kalau bawa banyak" jawab saya kepada Iwan, "yang bener zul? makasih zul" iwan berkata kepada saya sambil menyimpan strawberry itu ke tasnya, saya senang melihat sahabat saya senang.

Murid-murid di absen oleh Wali kelas kami agar tidak ada yang tertinggal, sesudah murid yang ada lengkap, bis pun melaju untuk pulang, tidak lupa kami berdoa meminta keselamatan di perjalanan. Rasa lelah badan ini akibat aktivitas di kolam renang yang seru membuat mata ini tidak bisa di kompromi, mata yang mengantuk ini perlahan-lahan menutup.

Mata ini terbuka saat seseorang menyakalan lampu di dalam bis, bau aneh, bau seseorang ada yang muntah membuat saya pusing, teriakan perempuan karena jijik dengan mutahan orang meramaikan seisi bis sepontan membuat saya penasaran siapa yang muntah, ketika saya melihat kebelakang ternyata ada Wulan yang sedang di rayu oleh Boy, tidak bisa berbuat apa-apa saya cuman bisa percaya kepada Wulan.

Satu persatu murid di turunkan di tempat dekat rumah masing-masing sampai tiba giliran Wulan turun, "zul anter pulang ya?" saya bertanya kepada Wulan walaupun saya tahu cuman dengan naik becak Wulan sudah sampai ke rumahnya, "tidak usah zul, lagian kamu juga pasti capekan" memang itu yang saya tunggu-tunggu jawaban dari Wulan cuman sekedar prioritas atas kehawatiran saya terhadap Wulan karena saya tidak boleh bohong saya juga dalam posisi cape, bis pun berhenti dan mempersilahkan Wulan turun dari bis, lambaian tangan Wulan seakan berkata "selamat tinggal zull". Lama menunggu bis pun berhenti tepat depan sekolah membuat saya ingin cepat-cepat sampai di rumah, membawa barang bawaan yang saya bawa saya pergi turun dari bis dan menunggu angkot yang melintas di depan saya.

Angkot pun berhenti menandakan saya harus turun dari angkot dan melanjutkannya dengan naik becak untuk sampai rumah. Sesampai di rumah keluarga saya pun menunggu kedatangan saya, adik saya yang ribut bertanya mana oleh-olehnya membuat saya langsung membuka tas dan mengambil oleh-oleh. Tidak sadar ada sms masuk dari hp saya, ternyata Wulan sms "zul, Wulan mau jujur tadi Boy nembak Wulan tapi tenang Wulan tolak karena Wulan udah ada yang punya. Kalau sudah sampai langsung istirahat ya. good night have nice dream!", tidak salah saya percaya kepada Wulan, belum selesai membalas sms Wulan mata ini sudah merasa lelah kembali karena bertemu dengan kasur dan temannya bantal-bantal yang empuk.

"percaya kepada orang lain itu sulit tapi cobalah mempercayai orang lain selagi dia ingin jujur"
"Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian"

0 comments:

Posting Komentar