Memories

on Senin, 01 April 2013
Matahari yang semakin meninggi seakan memberi tahu ku hari semakin siang, sinar matahari yang melewati celah-celah jendela yang menerangi rumah sederhanaku. Pagi itu tak terasa hari semakin siang suhu semakin panas semakin malasnya otot-otot ini bergerak sehingga menginginkan berbaring di kasur yang empuk dan menikmati mimpi yang indah.


Jam jadulku menunjukan jam 9 lebih 15 menit dan saya bergegas untuk pergi ke rumah teman, dengan gagahnya saya menaiki si biru (motor saya) tapi ada hal yang saya lupa ban motor saya bocor.
Seakan tak ada apa-apa walau pun ban serasa goal-geol saya menarik gas motor dah mencari tukang ban, "aduh masih tutup lagi!" dengan penuh kesal saya mengeluh kepada motor saya, dengan bermodal feeling yang kuat saya mencari di tempat lain dan hal hasil ada juga tukang ban yang buka.

Saya memarkirkan si biru di sebelah mesin angin.
Dengan hitungan detik saya teringat dulu banguna ruko ini adalah rumah tua yang di miliki kakek saya. Mata memandang langit-langit ruko itu isi ruko itu sudah berubah bukan bangunan tua yang saya kenal dulu, bukan lagi warung obat yang dulu menjual puluhan obat.

"pak bocor" dengan nada polos saya memberi tahukan kepada tukang ban, "sebentar cep" balas tukang ban itu dengan cepat.

Saya duduk di kursi kayu dan di temani secangkir kopi yang baru saja saya pesan untuk menemani saya menunggu motor di tambal dan tidak lupa saya menyalakan roko. Semakin lama saya di sini semakin ingat kenangan dengan rumah tua itu rumah kakek dan nenek saya. Semakin penasaran ruko ini saya berjalan santai menuju sisi sebalah kanan ruko itu.

Mata saya, terfokus dengan lantai 2 ruko itu, sekan semua memory yang hilang datang kembali pikiran ku membayangkan *dulu saya main layang-layang di sana tempat paling asik jauh dari tiang listrik tak terhalang oleh kabeh listrik yang sering mengganggu atlet layangan bermain.

Rasa rindu yang bercampur kecewa itu semakan menyatu yang membuat saya ingin melihat ke sisi sebelah kiri ruko itu dengan muka berkaca-kaca. *dulu di sini saya menyumpan motor saya, ketika saya bertamu ke rumah kakek* mana kaca itu? yang selalu membuat ku tersenyum.

Ada kebiasa kakek saya dulu, saya sering ngebut sampai kakek saya tau suara motor saya dan memarkirkannya di teras sebalah kiri rumah dan pasti kalau kakek saya lagi jaga warung, beliau selalu mengetuk kaca "tok tok tok! hei...." dengan senyum dan gigi ompongnya seolah-olah mata saya seperti camera yang menyimpan foto di otak saya dan wajah keriput itu selalu saya ingat.
Saya suka kata-kata yang biasa aja seperti "Selamat ya di jalan", "Hati-hati selamat" atau "siapa yang mau uang abah punya uang banyak" kalau itu di saat lebaran.

Dulu saya pernah bolos sekolah dan diem di rumah kakek saya, dan ternya mamah saya tau dan bertanya ke kakek saya " bah tadi upi sekolah ga?", dengan polosnya beliau menjawab "abah mah, ga tau di kirain libur".
Rasa malu itu muncul ketika kakek tau saya bolos tapi apa yang kakek katakan? "pi jangan bolos kasian papah nyari uangnya" dengan santainya beliau mengataknya dengan ramahnya beliau menceramahi saya.
1 kalimat terakhir dan paling saya ingat " pi jangan lupa sholat jum'at", huh! banyak kenangan di masa itu masa yang indah serasa cucu paling di sayang serasa cucu paling sering main ke kerumah dan cucu paling bahagia.

Tukang ban pun memanggil saya tanda perkerjaannya sudah selesai dan saya meninggalkan ruko itu dengan hati puas sudah bernostalgia.
Seberes saya bernostalgia dengan indah saya merenung.

Jadikanlah kenanganmu sebagai motivasimu, semangatmu, inspirasimu, Alloh menciptakan hal baik dan pasangannya yaitu hal buruk yang membuat hidup ini menjadi balanced.

#Justsharing

0 comments:

Posting Komentar