First love (part 12)

on Rabu, 10 April 2013
Pentas seni di sekolah saya sudah selesai saatnya menunggu hari perpisahan, hari-hari menunggu perpisahan di sekolah menjadi ajang untuk berkangen ria dengan teman-teman sebab beberapa minggu lagi kami sudah bukan siswa di sekolah ini lagi dan berubah menjadi alumni di sekolah ini, perasaan takut kehilangan pun muncul menjadi sebuah keceriaan di hari ini.


Di kantin tempat kami bertiga selalu berkumpul di saat kami mecari satu sama lain tidak ada di kelas membuat suatu percakapn kecil mengenang masa-masa indah di sekolah ini, masa di mana saya merasakan pertemanan yang begitu indah tanpa ada kebencian dan di sekolah ini saya merasakan cinta, cinta yang begitu hangat jika hati dan pikiran ini mengingatnya, mengingat masa-masa indah dengan cinta pertama saya di tambah support dari teman dekat yang membuat semakin lekangkap rasanya kenangan itu.

Sempat saya bertanya kepada teman dekat saya tentang perjalanan selanjutnya untuk melanjutkan sekolah. Arip yang sudah kokoh memilih sekolah di bidang sablon yang dekat dari rumahnya dan Iwan juga sama memilih sekolah jurusan electro di dekat rumahnya, semua jawaban teman dekat saya seakan memberi pertanyaan kepada diri saya sendiri, mau masuk sekolah mana? seolah lupa dengan hal itu saya hanya menjawab tidak tahu belum ada pilihan.

Hari perpisahan semakin dekat membuat saya semakin ingin sering datang ke sekolah walaupun sudah tidak ada jadwal belajar, kami bertiga selalu datang ke sekolah untuk sekedar bertemu, rasanya kurang kalau tidak pergi kesekolah di masa-masa seperti ini. Ada hal yang begitu membuat saya syok, Wulan kembali menghubungi saya dengan sms seakan tidak mau kehilangan dan membalas rasa kangen ini saya menghubungi Wulan kembali tanpa basa basi saya bertanya kabar dia, sudah lama saya tidak melihat dia di sekolah mungkin dia lebih suka berada di rumah. 

Perkembangan hubungan saya dengan Wulan yang sangan cepat membuat kami menjadi akrab kembali, mulai ada saling mengobrol face to face sampai membuat janji untuk masuk ke sekolah bersama membuat hati saya yang dulu menjadi butiran debu yang terhembus angin kembali menyatu di hembus angin itu kembali semperti perasaan saya pertama kali melihat Wulan. Waktu yang tepat untuk mengatakan rasa ingin memiliki ini membuat saya semakin tidak sabar untuk mengatakan perasaan yang kembali datang kepada Wulan seakan takut Wulan menolak saya atau Wulan kembali menjauhi saya.

Hari-hari ini seakan hari pertama perasaan saya bermekaran menampakkan keindahan di hati ini membuat saya ingin mengatakn perasaan sejujurnya kepada Wulan. Bermodal perasaan dan tekat yang kuat saya kembali mengatakan kepada Wulan kalau saya masih sayang dia, Wulan yang terdiam sejenak berusaha berpikir jawaban apa yang pantas untuk saya dengan menundukkan pandangannya. Ternya butuh waktu yang lama untuk menunggu kata-kata yang terucap dari bibir munggil Wulan membuat saya semakin gelisah dan takut Wulan marah, ketika saya mau mengatakan kata maaf untuk Wulan akibat keegoisan saya ingin memiliki perasaan Wulan tanpa melihat perasaan Wulan, Wulan pun menjawab dengan lembut "ia zul Wulan mau", saya hanya membalas senyuman kecil sebagai simbol bahagia dan kembali Wulan menjawab senyuman kecil saya dengan senyuman manis yang Wulan miliki.

Hari perpisahan pun tiba, subuh itu saya memeriksa persiapa yang saya siapkan semalam dan melihat apakah makanan ringan yang saya beli bersama Wulan kemarin tersimpan rapih di tas saya. Sms selamat pagi dan di tambah kata-kata mutiara pun sudah saya kirim kepada Wulan, hal itu sebagai ritual dan sarapan pagi saya di setiap pagi. Perpisahaan tahun ini di adakan di lembang tempat pemandian air panas, ya lumayan tidak mahal dan menambal refresing kamu yang sudah bergulat dengan Ujian nasional dan pentas seni.

Murid-murid berkumpul di lapangan upacara untuk di berikan pengarahan dan nomer bis, seberes pengarahan murid-murid berlarian mendatangi bis yang sudah berbaris di bahu jalan depan sekolah kami untuk menempati kursi di bis. Saat itu saya hanya memperlambat gerak jalan saya seakan ingin merasakan lebih lama udara di sekolah ini, rasanya ingin mendengarkan suara bell sekolah walau pun sekali saja di saat itu.

Di depan pintu bis pun saya masuk kedalam bis, suara sorak ria di dalam bis membuat ramainya seisi bis membuat saya bahagia melihat teman-teman saya yang sebentar lagi berpisah dengan saya. Teriakan Iwan dan Dika memanggil saya di antar kursi bis yang memiliki kursi tiga rangkap membuat gerak kaki saya semakin cepat, ternyata mereka sudah menyiapkan kursi untuk saya di sebelah kaca bis.

Di pandu oleh wali kelas kami, kami menundukkan kepala untuk berdoa meminta keselamatan dan kemudahan untuk perjalanan ini kepada sang maha Pencipta, kekhusyuan itu pun terjadi di saat kami berdoa yang tadinya suara teriakan murid-murid di dalam bis yang sangat berisik menjadi ketenangan sesaat ketika kami meminta pertolongan depadaNya.

Bis pun melaju dengan perlahan seakan menjadi awal dari sejarah perpisahan ini, tidak lama bis berjalan ada seseorang yang mencolek saya dari belakang serentak saya melihat ke belakang, "eh ada Radita sama Ika" seakan kaget dengan adanya sosok dua orang perempuan itu di belakang saya, "sombong euy gak nyapa-nyapa kamu sama aku" Radita pun bertanya kepada saya, saya hanya membalasnya dengan nada cool "ia nih lagi menikmati detik-detik perpisahan", seakan tidak puas dengan jawaban saya Radita berkata "udah nikmati dulu aja perpisahan ini, nanti nyesel loh engga senang-senang", kata-kata Radita itu seakan menjadi jawaban dari sikap saya saat ini yang hanya terdiam menikmati detik demi detik waktu perpisahan ini tanpa bersenang-senang menghapus semua masa lalu yang ada.

"Jangan pernah menunggu perpisahan tapi kita coba untuk menjalani perpisahan, karena perpisahan pasti ada di dalam hidup kita."

0 comments:

Posting Komentar